Pengembang Susah Jualan Apartemen, Bisnis Lesu Ada Apa?

Pengembang Susah Jualan, Belum bergeliatnya ekonomi dalam beberapa waktu terakhir membuat banyak pengembang di sektor properti lebih memilih untuk mengerem. Pengamat properti dari AS Property Advisory Anton Sitorus menyebut bahwa hal itu mau tidak mau dilakukan sambil menunggu perbaikan ekonomi ke depannya.

Pengembang Susah Jualan

Industri properti, khususnya sektor apartemen, tengah mengalami masa sulit. Para pengembang apartemen mengeluhkan penurunan minat beli dari masyarakat, yang berimbas langsung pada stagnasi penjualan. Penyebab utamanya? Ketegangan geopolitik dan perang dagang global yang belum mereda, membuat masyarakat cenderung menunda ekspansi dan keputusan investasi besar, termasuk dalam pembelian hunian vertikal.

Perang Dagang Bikin Masyarakat Waspada

Ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang antara negara-negara besar berdampak langsung pada sektor properti Indonesia. Pelaku bisnis dan investor pribadi menjadi lebih berhati-hati, memilih untuk menjaga likuiditas daripada mengalokasikan dana untuk aset jangka panjang seperti apartemen.

Menurut data dari Real Estate Indonesia (REI), penjualan apartemen menurun hingga 25% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kekhawatiran nyata terhadap kondisi makroekonomi dan risiko global yang dirasakan masyarakat.

Harga Stabil Tapi Minat Turun

Menariknya, meski harga apartemen tidak mengalami penurunan signifikan, permintaan tetap lesu. Pengembang telah mencoba berbagai strategi pemasaran, termasuk diskon harga, promo cicilan ringan, hingga bonus interior gratis, namun hasilnya belum menggembirakan.

“Pasar apartemen stagnan. Bukan karena tidak menarik, tapi karena masyarakat belum siap mengambil keputusan besar di tengah ketidakpastian global,” ujar Hendra Wijaya, pengamat properti dari Jakarta Property Institute.

Masyarakat Tunda Ekspansi dan Pembelian Aset

Salah satu faktor utama yang menekan pasar apartemen adalah kecenderungan masyarakat dan investor menunda ekspansi. Banyak pengusaha memilih untuk menahan rencana ekspansi bisnis maupun pembelian aset karena takut kondisi global memburuk. Sikap wait and see ini diperparah oleh suku bunga yang masih tinggi dan inflasi yang belum stabil.

Apa Solusinya?

Untuk mengatasi kondisi ini, para pengembang disarankan melakukan diversifikasi strategi, seperti beralih ke segmen sewa jangka pendek, membuat proyek mixed-use yang lebih adaptif, hingga melakukan digitalisasi dalam pemasaran properti.

Pemerintah juga perlu ikut berperan dengan memberikan stimulus seperti insentif pajak dan kemudahan kredit properti untuk menggerakkan kembali roda sektor real estate nasional.

Q & A Dengan Topik Pembahasan Pengembang Ssusah Jualan Apartemen, Ada apa?

Mengapa pengembang apartemen kesulitan menjual unit di tahun 2025?

 Penjualan apartemen mengalami penurunan signifikan pada 2024 hingga 2025 karena beberapa faktor utama, antara lain: daya beli masyarakat yang menurun, preferensi konsumen yang bergeser ke rumah tapak, suku bunga KPR yang tinggi, dan oversupply apartemen di beberapa kota besar. Hal ini menyebabkan pasar properti residensial vertikal, khususnya segmen menengah ke atas, menjadi lesu.

Apakah minat masyarakat terhadap apartemen benar-benar menurun?

Ya, berdasarkan data terbaru, minat terhadap apartemen mengalami penurunan. Masyarakat kini lebih memilih hunian rumah tapak yang dianggap lebih fleksibel dan memiliki ruang terbuka. Selain itu, masa pandemi turut mengubah pola pikir konsumen yang lebih menyukai hunian dengan area privat dan lahan lebih luas.

Faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan penjualan apartemen?

Beberapa faktor utama meliputi:

  • Tingginya suku bunga KPR

  • Inflasi yang menggerus daya beli

  • Oversupply apartemen di kota besar

  • Kurangnya inovasi produk dari pengembang

  • Perubahan preferensi gaya hidup generasi milenial dan Gen Z

Bagaimana kondisi pasar apartemen di Jakarta dan sekitarnya?

A: Pasar apartemen di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi mengalami kelebihan pasokan (oversupply). Banyak unit yang belum terjual sejak beberapa tahun lalu. Apartemen kelas menengah dan menengah atas menjadi segmen paling terdampak, sementara segmen affordable atau subsidi tetap memiliki permintaan, meskipun tidak terlalu signifikan.

Apakah ini berarti investasi apartemen tidak menguntungkan?

A: Investasi apartemen masih bisa menguntungkan jika dilakukan dengan perhitungan yang tepat. Lokasi yang strategis, harga yang kompetitif, serta potensi sewa yang stabil menjadi kunci. Namun, saat ini investor perlu lebih selektif dan tidak hanya mengandalkan capital gain jangka pendek.

Apa strategi yang dapat dilakukan pengembang untuk meningkatkan penjualan apartemen?

A: Beberapa strategi antara lain:

  • Menawarkan harga promo atau skema cicilan ringan

  • Menyediakan fasilitas menarik sesuai kebutuhan milenial (co-working space, smart home)

  • Digital marketing dan pendekatan ke komunitas

  • Rebranding produk dan menyesuaikan desain dengan tren hunian post-pandemi

Kesimpulan


Kelesuan bisnis apartemen bukan semata karena produk yang kurang diminati, tetapi lebih pada ketidakpastian global yang membuat masyarakat enggan ekspansi. Dengan kondisi ekonomi yang belum stabil akibat perang dagang, para pelaku bisnis properti harus beradaptasi dan menyiapkan strategi jangka panjang agar tetap bertahan di tengah tantangan ini.

bola777

 

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*